Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Indonesia’ Category

Riset untuk Citarum

Banyak kesempatan untuk melakukan riset di Sungai Citarum. Dari awal harus disadari bahwa kondisi Citarum sudah sangat parah, dan langkah sebesar apapun perlu waktu yang lama untuk dilihat dampaknya. Tapi semua orang perlu bermimpi, dan terwujudnya Citarum suatu saat menjadi sungai yang bersih, indah dan lestari perlu menjadi semangat bagi siapa saja khususnya para pencinta lingkungan.
Permasalahan tersebut disebabkan banyak faktor yang sangat kompleks, mulai dari industrialisasi, kondisi sosial masyarakat, kemiskinan, dan lain-lain.

Apakah kegiatan riset dapat menjadi ‘trigger’ bagi penyelesaian masalah Citarum di masa mendatang?
Mungkin. Walau riset saja tidak cukup. Hasil riset perlu di-develop dan dijadikan landasan bagi penetapan sebuah kebijaksanaan.

Riset-riset tersebut di antaranya:
1. Inventarisasi sumber pencemar. Apa saja pencemar yang ada di Citarum, berapa banyak mereka mencemari, apakah sudah memiliki IPAL atau belum, dll.
2. Evaluasi kondisi saat ini: sudah separah apa pencemaran di Citarum ?
3. Riset tentang kondisi sosial masyarakat
4. Riset tentang willing to pay (WTP) dari industri yang mencemari Citarum
5. Riset pemodelan
6. Riset strategi rehabilitasi Citarum
7. Riset dan aplikasi teknologi pengolahan limbah
8. Riset hidrologi: curah hujan, debit, tinggi muka air, dll.
9. Riset tentang kondisi bendungan-bendungan di Citarum:
10. Riset tentang catchment area

Banyak sungai yang dulunya tercemar berat, sekarang menjadi sungai-sungai yang bersih dan menjadi obyek wisata. Salah satunya adalah Sungai Thames di London, dulunya merupakan sungai yang kotor dan sekarang menjadi sungai yang bersih menjadi obyek wisata bersama London Bridge, Parliament Hall, dll. Betul bahwa kondisi ekonomi yang mendukung mereka untuk membiayai kegiatan-kegiatan rehabilitasi Sungai Thames, tapi kesadaran masyarakat dan kecintaan mereka pada lingkungan yang bersih-lah yang memungkinkan terkumpulnya segala sumber daya: biaya, orang, regulasi pemerintah, dan lain-lain, untuk mewujudkan impian mereka.

Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak? Betul secara ekonomi dan sosial kondisi kita masih di belakang negara-negara yang sudah duluan maju, tapi bukankah kita juga memiliki kebijakan lokal (local wisdom) tentang cinta lingkungan, yang kalau disosialisasikan terus menerus dapat menjadi inspirasi bagi perubahan ke arah yang lebih baik? Citarum adalah masa depan Jawa Barat dan ibukota. Kerusakannya tak pelak akan menyulitkan hidup jutaan orang, bahkan bukan tak mungkin akan menimbulkan krisis berupa kekurangan air di musim kemarau dan banjir di musim penghujan.

Riset-rises seperti disebutkan di atas dapat membantu memetakan permasalahan dan menjadi dasar diambilnya kebijakan dan program untuk mewujudkan Citarum yang lebih baik di masa depan.

Teddy.

Read Full Post »

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang termasuk paling banyak ditinggali manusia, termasuk di Indonesia.  Wilayah ini pula yang umumnya merupakan wilayah yang pertama dikembangkan.  Hal ini disebabkan potensinya dalam berbagai aspek, termasuk ketersediaan sumber daya air, kekayaan alam, ekosistem yang melimpah (merupakan habitat dari ratusan bahkan ribuan spesies), letak geografis yang strategis sebagai jalur lalu lintas perairan, fungsi ekologis sebagai penahan (buffer) ombak dari laut, dan lain-lain.
 

Pantai Carocok, Sumatera Utara

Karena berbagai potensinya tersebut wilayah pesisir sejalan dengan waktu merupakan wilayah terpadat di hampir seluruh negara di dunia.  Pertumbuhan penduduk yang pesat ini kemudian melahirkan berbagai kawasan (kota) besar, atau yang sering diistilahkan sebagai ‘megacity’, yaitu kota dengan jumlah penduduk 10 juta lebih.  Megacity ini banyak kita kenal sebagai kota-kota terkenal di dunia, seperti New York, San Francisco, Tokyo, Rio de Janeiro, Delhi, dan Jakarta.  

Pertumbuhan daerah-daerah pesisir menjadi kota-kota besar bahkan megacity ini selai berkontribusi pada perkembangan wilayah maupun negara, tak dapat dihindarkan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan.  Berbagai kegiatan di pelabuhan, pertambahan perumahan, perkembangan industri, lalu lintas kapal laut, dan lain-lain, telah menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan dari waktu ke waktu.  Tumpahan minyak akibat kebocoran kapal tanker, pembuangan limbah domestik dari perumahan di pesisir, pencemaran logam berat dari kegiatan industri, pencemaran nutrient dari berbagai sumber yang mengakibatkan eutrofikasi (pertumbuhan alga yang tak terkendali yang menyebabkan defisit oksigen di perairan pantai), penyebaran penyakit akibat patogen yang terbawa limbah, dan lain-lain,  merupakan permasalahan lingkungan yang saat ini terjadi secara umum di kota-kota di wilayah pesisir di dunia.

Indonesia tak terkecuali.  Ratusan kota pesisir dengan penduduk lebih dari 10.000 orang berada di negara kita ini, dan kota-kota yang paling besar adalah Jakarta, Surabaya, Medan, Makasar, Semarang.  Kota-kota ini telah menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.  Kondisi lingkungan di kota-kota di wilayah pesisir telah menjadi perhatian dan keprihatinan banyak pihak terutama yang bergerak di bidang lingkungan.  Sebagaimana umumnya kota-kota pesisir di negara lain, kota-kota pesisir di Indonesia pun mengalami penurunan kualitas linkungan secara signifikan.

Jakarta, misalnya, sebagai ibu kota dan kota terbesar di Indonesia, mengalami penurunan kualitas lingkungan dari waktu ke waktu, ditandai dengan pencemaran yang parah di Teluk Jakarta, di mana berbagai pembuangan baik dari perumahan maupun industri di ibu kota ini.

Perkembangan yang tidak menguntungkan dari segi lingkungan ini perlu mendapat perhatian banyak pihak, sebelum kondisi  yang tak dapat lagi dipulihkan terjadi di kota-kota pesisir tersebut. 
 
Berbagai alternatif pengelolaan wilayah pesisir banyak dikembangkan.  Salah satunya adalah konsep ‘waterfront city’, yaitu perencanaan dan pengelolaan kota pesisir yang mengedepankan fungsi air sebagai sumber daya utama sekaligus daya tarik wisata bagi pengembangan kota tersebut.  Sumber daya air (dalam hal ini perairan pesisir – pantai dan estuari) dijadikan titik sentral pengembangan aspek-aspek lain dalam pembangunan, seperti kegiatan ekonomi, industri, aktivitas sosial, arsitektur kota, pariwisata, dan lain-lain. 

Pembangunan kota-kota pesisir dengan konsep ‘waterfront city’ ini berpijak pada paradigma dan cara pandang yang baru terhadap sumber daya air, yaitu sebagai sumber daya primer untuk pengembangan sebuah kawasan.  Dengan cara pandang yang baru ini konservasi sumber daya air menjadi kepentingan semua pihak di kawasan tersebut.

Konsep ini telah banyak dikembangkan di berbagai kota di dunia, termasuk di kota-kota yang disebutkan di awal tulisan ini.  Jakarta pun telah mengembangkan konsep ini, walau perencanaan yang menyeluruh masih merupakan sebuah proses panjang.  Diharapkan kota-kota lain di pesisir di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara yang lebih baik khususnya dalam pendekatannya terhadap sumber daya air, sehingga lingkungan di kota pesisir diharapkan lebih baik di masa depan.

Teddy
(dari berbagai sumber)

Keterangan gambar:

Pantai Carocok, Sumatera Utara.

Sumber: http://worldstourism.com/wp-content/uploads/2012/06/Carocok-Beach-Beautiful-Beach_tourism_1.jpg

 

Read Full Post »

Saat ini, lebih dari separuh sungai besar di Indonesia terancam rusak berat *).  Tercemar limbah, penuh sampah dan bau.  Sungai Citarum contohnya, sungai terbesar di Jawa Barat dan tempat bergantung hidup jutaan orang, adalah sungai yang dikatakan merupakan salah satu sungai paling kotor di dunia, karena dipenuhi dengan sampah dan tercemar berat oleh limbah industri.  Semua disebabkan kelalaian dan masa bodoh kita terhadap lingkungan.

Sungai Citarum, Jawa Barat

  

Relakah kita dengan keadaan ini?

Relakah kita menyaksikan orang-orang hidup di lingkungan seperti ini?

Jangan biarkan ini terus terjadi….. jangan biarkan sungai-sungai di Indonesia menjadi comberan dan tempat sampah masal.  Jangan biarkan anak cucu kita hanya mendengar cerita tentang sungai-sungai yang bersih di jaman dahulu.

 

Mari kita impikan, kelak sungai-sungai di Indonesia adalah sungai-sungai yang bersih.  Tempat bermain dan berenang anak-anak.   Tempat memancing ikan, tempat berteduh orang yang kecapaian di jalan.   Bahkan di sungai-sungai yang mengalir di tengah kota, dasarnya terlihat karena airnya yang bersih.

Sungai di Linggau, Sumatera Selatan

Tak boleh lagi ada pencemaran, tak ada lagi sampah yang dibuang ke sungai.  Sungai-sungai kita kelak harus menjadi tempat yang indah, tempat kunjungan wisatawan.  Bantaran sungai ditumbuhi dengan berbagai tanaman dan pohon-pohonan. 

Untuk itu diperlukan usaha dari semua orang untuk mewujudkan impian ini.  Tak boleh lagi orang membuang sampah maupun limbah ke sungai.  Semua orang harus menyimpan sampah pada tempatnya atau mendaur ulangnya, dan setiap industri harus mengolah limbahnya sampai kadar yang diizinkan sebelum menyalurkannya ke sungai.  Peraturan ditegakkan dengan konsekuen dan setiap pelanggar dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan tersebut.

Semua pihak harus berperan dan bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan, termasuk lingkungan perairan (sungai, estuari, pantai, danau).  Ilmuwan, pemerintah, penggerak masyarakat, guru (pendidik), jurnalis.  Semua punya peran dan tugas masing-masing dalam mewujudkan lingkungan yang bersih.  Semua bekerja keras bahu-membahu untuk mewujudkan impian ini.

Semua harus diawali dengan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang bersih dan lestari, akan hak generasi mendatang untuk mendapatkan alam yang lebih baik.  Sesuai dengan semboyan, “Lingkungan adalah titipan generasi mendatang, dan bukan warisan generasi terdahulu.”

Semoga suatu saat sungai-sungai di Indonesia menjadi sungai-sungai paling bersih, indah dan lestari di dunia. 

Insya Allah.

Salam,
Teddy

*) http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/walhi-di-media/berita-tambang-a-energi/2352-lebih-dari-separuh-sungai-di-indonesia-tercemar-berat.html

Read Full Post »

Visi yang luar biasa

Posting ulang dari Milis ITB89

20 Nov 2007 (masuk milis)

Baru masuk  aja udah semangat nih baca visi teman-teman yang luar biasa.

Nyambung ide luar biasa Brimy, Landung, Aris (met kenal Landung & Aris :)), dan teman-2 yang lain, gimana kalau tidak hanya jabatan yang kita jadikan visi/sasaran, tapi kondisi bangsa ini 25, 40, atau 50 tahun ke depan, agar keberadaan komunitas kita membawa perubahan yang berarti bagi bangsa ini.

Misalnya:

“Indonesia menjadi 3 besar negara termaju di Asia tahun 2050!”..
(mudah-mudahan kita masih diberi umur, makanya harus sehat..)

WHY NOT?

Kita sudah capek dengan keterpurukan bangsa ini, sudah capek iri dengan kemajuan bangsa-bangsa lain, sudah capek dengan perasaan rendah diri kita di hadapan bangsa-bangsa maju.

Sudah waktunya kita untuk bangkit, menunjukkan kemampuan bangsa kita sendiri..

Kalau Jepang hancur luluh di tahun 45 tapi menjadi raksasa ekonomi dunia hanya dalam waktu kurang dari 30 tahun, kenapa kita tidak?

Kalau China bukan apa-apa 20-30 tahun yang lalu tapi sekarang menjadi raksasa Asia, kenapa kita tidak?

Kalau Malaysia dulu berguru ke Indonesia tahun 80-an, sekarang menjadi negara terdepan Asia Tenggara, kenapa kita tidak?

Ayo bermimpi bersama, bersatu, dan berjuang untuk mewujudkan mimpi itu…

Dan Alumni ITB berpotensi untuk memimpin bangsa ini..

Kata Arius (Deddy) juga, “Bersama ’89 kita bisa!” 🙂

Wassalam,

Teddy

Read Full Post »

Rekan Teddy,

Apa yang anda baca sebenarnya utk anak seni rupa tidak aneh, kami belajar SR Islam, Sr Barat, peradaban,dll.

Karena ITB focus ke teknik & sains, jadi perkembangan dr kebudayaan tdk dipelajari seluruh mhs.

Ind itu bngs besar (dulu….), krn sejarah yg buat org Bld/Eropa, maka berlakulah hukum membodohi bgs Ind.

Memudakan masa prasejarah. Manusia pertama itu dr afrika atau justru dari Ind ? lihat manusia liang bua di Flores yg sgt penting.

Syukurlah, anda msh sempat baca2 peradaban.

Menurut saya utk mencintai tanah air Ind, untuk bangga, bkn pelajaran P4 yg membuat ngantuk, bkn pancasila, atau kewiraan.

Seandainya mereka melihat kuliah SR Indonesia lama, kebanggaan itu akan muncul. Bagaimana Denys Lombard alm ilmuwan Prancis

Mengatakan bhw Ind itu bgs atau kawasan hebat yg merasakan gelombang peradaban besar dunia, tetapi Ind selalu hadir dgn ke-Ind-annya.

Nehru pernah bilang pd Bung Karno ketika mrk liat Borobudur, ini Budha, tetapi bukan India, ini Indonesia.

Indonesia dlm peradaban selalu memperlihatkan karakter aslinya pd budaya yg melewati kawasan ini. Identitas diri!

Dlm kebudayaan ada istilah Agama Asli, yg jadi pedoman untuk memahami karya seni msyt suku.

Agama Asli itu selalu ada dlm karakter org Ind kontemporer sekalipun. Org Sunda org ladang, org jateng org sawah, dari sana keliatan sekali tiap org,

Termasuk untuk membaca karakter presiden saat ini. Atau strategi bisnis juga, termasuk mempelajari perjodohan….

Apa sich yg mau dibanggakan Indonesia saat ini, selain hasil budaya masa lalunya yang saat ini dipersempit maknanya hanya sebagai ‘produk seni kerajinan’?

Karena sains & teknologi umumnya berawal dr Barat, mgkn krn tdk ada kesempatan menggali sendiri dari budaya Ind.

Ah, sekedar obrolan, sekedar kasih gambaran bgm materi di SR ITB.

Salam

IRA SR 89

 

Read Full Post »

Mumpung mulai rame bursa Pillpres 2014 ….. 

Apa saja tanggung jawab seorang kepala negara (presiden)?

1.    Memastikan tak ada seorang pun rakyatnya yang kelaparan (apalagi meninggal karena kelaparan).

2.    Memastikan bahwa semua orang mendapat tempat tinggal yang layak.

3.    Memastikan bahwa setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidup yang minimal (makan, pakaian, tempat tinggal)

4.    Memastikan bahwa setiap anak mendapatkan pendidikan, minimal sampai tingkat SLTP.

5.    Memastikan bahwa setiap angkatan kerja mendapatkan lapangan pekerjaan.

6.    Memastikan terjaganya lingkungan (alam) dari kerusakan dan pencemaran.

7.    Menjaga kehormatan/martabat bangsa di dunia internasional.

8.    Memastikan tegaknya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

9.    Mengusahakan peningkatan sains dan teknologi, sehingga Indonesia kelak menjadi negara maju.

10. Melestarikan seni dan budaya Indonesia.

11. Menjamin hak-hak beragama dan kerukunan umat beragama.

12. Menjamin kehidupan yang harmonis di antara berbagai suku bangsa dan ras.

13. Menjamin kehidupan politik yang sehat dan dinamis.

14. Menjamin penegakan hukum tanpa berpihak.

15. Menjamin kelestarian sumber daya alam.

16. Menjamin keamanan negara di dalam negeri maupun di luar negeri.

17. Membangun infrastruktur di seluruh negeri.

18. Membangun perkotaan dan perdesaan yang nyaman ditinggali.

19. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat.

20. Menekan kriminalitas seminimal mungkin.

21. Meminimalkan dampak bencana alam.

22. Melindungi dan memelihara anak-anak terlantar dan fakir miskin.

23. Melindungi hak-hak kaum perempuan.

24. Menjamin kehidupan pers yang bebas dan santun.

25. Meningkatkan peran Indonesia dalam mengatasi masalah-masalah regional dan dunia (keamanan/perdamaian, lingkungan, kependudukan, pengentasan kemiskinan, dll).

Ada yang ingin menambahkan?  🙂

Salam,

Teddy

Read Full Post »

Capres Independen

Wacana Capres Independen (CI) cukup menarik bagi saya.  Ini seperti menjadi sebuah alternatif di tengah  praktek /cara partai-partai politik yang ada yang sulit untuk mempertahankan idealisme dan akhirnya melakukan ‘bagi-bagi jatah’ (siap dukung jadi seseorang jadi presiden, asal…. TST [tahu sama tahu]). 

Bagaimana menyiapkan seorang CI? 

Menurut hemat saya…

Pertama.  Tentu saja aturan tentang ini harus digoal-kan dulu.  Saya belum updated dengan info terakhir, tapi setahu saya peraturan tentang Capres independen ini belum goal (belum disetujui).   Artinya belum bisa dimunculkan CI,dan Capres masih tetap harus dimunculkan (diusung) oleh parpol  (mohon koreksi kalau salah).   

Jadi ini dulu yang harus diperjuangkan/digoalkan.

Kedua.  Menyiapkan orangnya sendiri untuk menjadi CI.  Ini butuh waktu lama saya kira.  Karena ia harus membangun massa sendiri, dari masyarakat (beda dengan lewat parpol yang memang sudah punya massa/pendukung, dan parpol menjadi mesin politik yang luar biasa aktif menjelang Pemilu untuk menggalang pemilihnya).  Saya perkirakan minimal dibutuhkan waktu 5 tahun bahkan mungkin 10 tahun kerja keras bagi calon yang ingin maju sebagai CI. 

Apa saja yang harus ia (CI) lakukan selama 5-10 tahun ini?

(1) Membangun konsepnya sendiri (visi-misi) tentang apa yang akan ia lakukan seandainya terpilih nanti.  Ia harus dapat mensosialisasikan opini-opini, konsep-2 dia kepada publik  (melalui berbagai media) tentang berbagai permasalahan bangsa.  Dengan begitu publik mulai mengenalnya dan memahami konsep/pandangan-pandangannya tentang negara/bangsa.

(2) Membangun massa.  Ini dilakukan dengan membentuk ormas (bukan parpol), dalam bentuk Gerakan atau Perkumpulan.  Tujuannya adalah untuk mulai berkarya di tengah-tengah masyarakat, sehingga ia (CI) memiliki rekam jejak kontribusinya di masyarakat, dan masyarakat mengenalnya dari dekat, bukan hanya melalui pandangan-pandangannya di media (butir (1) di atas).  Sehingga pada saat ia maju, katakan 5 atau 10 tahun kemudian, dia sudah dikenal masyarakat (rakyat).

 

Apa saja yang harus dia lakukan melalui ormas (gerakan) ini?

peningkatan pendidikan masyarakat, misalnya membangun sekolah-sekolah untuk rakyat di daerah-daerah, peningkatan kualitas guru, dll

peningkatan kesejahteraan sosial, misalnya pelatihan-pelatihan tenaga kerja, dll

pemberdayaan masyarakat, misalnya melalui aplikasi teknologi, seperti pengolahan air bersih, mikrohidro, bioenergi, dll

penegakan hukum, misalnya kampanye-kampanye anti korupsi, dll

– dll

Pertanyaan: dari mana dana untuk semua itu?

Dana ia (CI) galang dari berbagai pihak yang mendukung kegiatan-kegiatannya (pihak-pihak sponsor), yang simpati pada idealismenya.

Berat memang…. hehe…

Tapi ganjarannya juga kelihatannya bakalan ‘oke’:

  1. Dia tak punya ‘hutang’ pada parpol-parpol sehingga pada saat pegang kekuasaan dia tak usah lagi pusing dengan gangguan-gangguan dari parpol.
  2. Dia dipilih karena sudah punya konsep (visi) yang jelas tentang apa yang akan dia kerjakan selama 5 tahun (atau mungkin 10 tahun, kalau terpilih kembali) masa pemerintahannya (butir (1) di atas).  Dan dia bukannya dipilih karena popularitas, ‘imej’ dll yang seringkali misleading (mengelabui).
  3. Tak perlu biaya khusus menjelang Pemilu untuk menggalang massa.  Karena dia sudah menanam ‘investasi’ selama 5-10 tahun sebelum maju, di mana ia membangun kepercayaan masyarakat/calon pemilih (butir (2) di atas).  Ini mirip-2 lah dengan Jokowi yang terpilih untuk kedua kalinya sbg Walikota Solo, dan bahkan sebagai Gubernur DKI.
  4. Dia dikenal dekat dengan rakyat, dan ketika memimpin punya pengalaman langsung membangun bersama masyarakat (butir (2) di atas)

Memang kelihatannya ini bakalan berat di awal, namun lama-lama setelah dukungan mulai mengalir, bisa menjadi seperti ‘bola salju’ yang makin membesar sejalan dengan makin besarnya kepercayaan rakyat.  Semoga.

Jadi…. adakah yang berminat menjadi  Capres Independen (CI)… ? 🙂

Salam,

Teddy

Read Full Post »

Apa saja sih bidang yang harus diurus oleh seorang kepala negara?

1. Pendidikan

2. Ekonomi

3. Budaya

4. Agama

5. Sains dan teknologi

6. Peradaban

7. Luar negeri

8. Politik

9. Sejarah

10.  Perdagangan

11.  Pertanian

12.  Perikanan

13.  Pariwisata

14.  Industri

15.  Militer

16.  Hankam

17.  Kelautan

18.  Lingkungan

19.  Kriminalitas

20.  Keuangan

21.  Pertambangan

22.  Mineral

23.  Pembangunan

24.  Infrastruktur

25.  Perkotaan

26.  Perdesaan

27.  Kerukunan umat beragama

28.  Dirgantara

29.  Sumber daya alam

30.  Mineral

31.  Energi

32.  Hukum

33.  Ketenagakerjaan

34.  Kesehatan

35.  Bisnis

36.  Sosial

37.  Perumahan

38.  Keuangan

39.  Kehutanan

40.  Bencana alam

41.  Perlindungan anak

42.  Perlindungan kaum miskin

43.  Hak-hak kaum perempuan

44.  Golongan minoritas

45.  Perubahan iklim

46. Pers

Adakah yang ingin menambahkan…. ? 🙂

Read Full Post »

Obrolan tentang Industri

(Milis ITB89, 7 Juli 2012)

Salam, teman-teman.

Sejak awal ramainya komunitas ini beberapa tahun lalu, saya termasuk yang berangan-angan tentang munculnya berbagai ide perubahan dari komunitas ini.  Sebuah mimpi, lagi-lagi. 

Rencana diskusi tentang industri dari kang Syamsul sangat menarik dan mengingatkan saya tentang mimpi itu, tentang kemungkinan komunitas ini memberi pemikiran baru tentang berbagai hal termasuk industri. 

Secara jumlah personil di angkatan ini, setidaknya satu per lima dari kita lahir dari fakultas teknologi industri (dari lima fakultas di ITB saat kita kuliah dulu).  Tentunya ini aset yang berharga.  Walau sebagaian teman-2 dari FTI mungkin ‘menyebrang’ ke bidang lain, tentunya ilmu yang ditimba di almamater tidak hilang begitu saja.

Belum lagi kalau kita perhitungkan teman-teman dari fakultas lain yang sebaliknya menyebrang ke bidang industri, jadinya ya mungkin jumlah teman-teman yang bergerak di bidang industri tetap banyak.  Menurut data dari kawan Endra Saleh (TL) dalam tulisannya yg keren di buku The Reunion (tks again bang Endra), jumlah alumni ITB89 yang bekerja di bidang industrial product adalah 6.1%, artinya sekitar 90 orang.  Lumayan.  Tapi saya kira teman-teman yang bekerja di bidang lain banyak berkaitan dengan industri, seperti (menurut data tsb):  energy chemicals & utilities, retail & customer products, RE & construction, transportation, dll.  Pendeknya hampir semua bidang, langsung ataupun tidak, berkaitan dengan industri.

Kalau diskusi ini jadi, insya Allah, tentu dapat menjadi pembuka wacana yang sangat luas tentang industri di Indonesia.  Mungkin dapat dimulai dari studi kasus dari salah seorang teman kita (kang Syamsul mungkin), kemudian berkembang menjadi  ke permasalahan industri kita secara umum.

Salah satu buku favorit saya, pemberian kang Chirzun saat reuni, adalah bukunya Pak Zuhal, berjudul Kekuatan Daya Saing Indonesia.  Di situ banyak dikupas berbagai permasalahan industri Indonesia sebagai faktor penting daya saing bangsa (sayang saat membuat tulisan ini buku tsb tidak ada di dekat saya, jadi tak bisa merujuk secara detail).  Dalam buku tersebut seingat saya ada bahasan tentang konsep “link-and-match” (konsep keterkaitan antara riset dengan industri), industri strategis, agro industri, industri farmasi,  tecno-park, pusat inkubator industri, dan banyak lagi.  Kalau ada yang punya buku tsb mungkin bisa dibawa ke pertemuan nanti, sebagai salah satu rujukan. 

Tentang link-and-match, bagus kalau bisa dibahas.  Bagaimana sejauh ini konsep itu dijalankan.  Kalau menurut buku Pak Zuhal sih relatif tidak jalan di Indonesia.  Hasil-hasil penelitian akademisi di kampus yang merupakan penemuan-penemuan ilmiah umumnya hanya menjadi arsip di perpustakaan dan tidak ditindaklanjuti oleh pihak industri untuk diproduksi dalam skala luas.  Tentu kita tak ingin menyalahkan siapa pun.  Tapi pada kenyataannya, produk teknologi lebih banyak diimpor dari luar negeri dan kita lebih banyak merupakan konsumen teknologi daripada produsen.

Mungkin memang banyak kendala dalam mewujudkan konsep ini.  Tapi kalau kita lihat di negara maju (termasuk Inggris di mana saya diberi kesempatan untuk singgah saat ini, Alhamdulillah) hal ini sudah biasa berjalan.  Penelitian-penelitian mahasiswa pasca-sarjana  banyak didanai oleh industri (dan banyak industri yang memberi beasiswa kepada mahasiswa), kemudian hasil penelitian mahasiswa tsb dipatenkan dan dikembangkan dalam bentuk produk oleh industri tersebut. 

Teman-teman di kampus khususnya staf FTI mungkin dapat berbagi informasi, sejauh mana konsep ini dijalankan di kita.

Buku Pak Zuhal juga menceritakan tentang kisah perjalanan PTDI (dulu Nurtanio) yang dinakhodai sang jenius Prof Habibie, yang awalnya menjadi kebanggaan bangsa namun kemudian kolaps seiring dengan krisis ekonomi tahun 1997.  Memang tak dapat dipungkiri industri ini mengundang kontroversi (misalnya sehubungan dengan biaya yang luar biasa untuk investasinya), namun dari segi prestise sebagai bangsa industri ini telah dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia, termasuk membuktikan kemampuan anak-anak bangsa.  Pak Zuhal masih menyimpan harapan bahwa PTDI bangkit dan berkembang kembali, salah satu faktor pendorongnya adalah kebutuhan transportasi di negeri sendiri yang terdiri dari berbagai pulau, yang membutuhkan pesawat-pesawat ukuran kecil/sedang.

Mungkin teman-teman di Penerbangan bisa berbagi tentang ini.

Akan menarik seandainya kita dapat menginventarisir industri apa yang sebaiknya menjadi prioritas.  Industri kerajinan, mungkin.  Agro-industri, jelas.  Industri furniture.  Industri yang memang  mengandalkan kemampuan unik bangsa dan sumber daya alam yang khas dari negeri ini. 

Oya ngomong-ngomong Yanli Rachman (DS) pernah presentasi dulu dalam pertemuan kita di ITB masa persiapan reuni (2008), tentang industri furnitur, mungkin bisa diundang kembali untuk hadir dalam pertemuan yad.

Kembali ke mimpi di atas, alangkah asyiknya kalau diskusi yang nanti akan diawali ini menjadi cikal bakal kelompok minat industri dalam komunitas ini (ITB89), yang kemudian berkembang melalui berbagai pertemuan, dan pembicaraannya dapat dikembangkan dalam skala luas (industri di Indonesia). Sesekali dapat mengundang pakar /praktisi di bidang ini, atau mungkin menyelenggarakan sebuah seminar, atau membuat sebuah buku J

Dan tak lupa mengundang teman-teman yang telah mengukir prestasi di bidang ini, selain kang Syamsul dkk (misalnya kang Faisal-MS dengan mikrohidro-nya, bang Denni-GL dengan TAKA-nya, dll).  Juga tak lupa bang Prima yg punya konsep aplikasi Knowledge Management industri mikro.  Jadi saya pikir bakalan seru kelompok ini kalau berkembang.  Kita doakan semoga diskusi yad bisa jadi awal yang baik. 

Yah.  Tadinya ingin banyak menulis tapi ternyata saya sadari saya benar-benar awam tentang bidang ini dan mungkin agak ngelantur 🙂 Maafkan.  Saya hanya ingin memancing saja, mudah-mudahan muncul wacana-wacana tentang industri ini, khususnya dari teman-teman yang bergerak di bidang ini.  Pastinya akan sangat menarik. Ditunggu.

Oya:  sempat baca tentang konsep Islam di bidang industri, tulisan Dr Mahatir Muhammad, di:

http://www.ikim.gov.my/v5/index.php?lg=1&opt=com_article&grp=3&sec=&key=1057&cmd=resetall

Cukup menarik.

Salam,

Teddy

Read Full Post »

(Milis ITB89, 27 Juni 2012)

Syukurlah kalau pertumbuhan ekonomi kita naik. Masalahnya adalah, walau dgn mempertahankan pertumbuhan ekonomi yg ada saat ini pun, berapa lama kita akan terus berada dlm keadaan berhutang (besar)? Dan apakah kita akan terus menerus mengandalkan hutang (bahasa halusnya pinjaman) untuk pembangunan?

Saya pernah baca bahwa hutang Indonesia yg ada baru akan dapat dilunasi setelah 40-50 tahun (saya ada sedikit data tapi agak lama, 1998. Kl ada yg pun data baru mohon dibagi). Itupun dgn asumsi semua orang bekerja, dan tidak ada kebocoran (korupsi dll).

Yg perlu difikirkan adalah bagaimana kita mulai menggantikan sumbependapatan di luar hutang luar negeri, mulai menghentikan hutang/pinjaman tsb dan pada akhirnya melunasinya sehingga kita terlepas dari jeratan hutang.

Hal lain adalah bgm hutang tidak bocor. Artinya digunakan betul2 utk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Sumber kebocoran utama adalah korupsi. Dengan memperhatikan masihmaraknya kasus  korupsi saat ini, bgmn kita dapat berharap bhw hutang luar negeri dapat dibayar dlm waktu dekat?

Tingkat pendapatan masyarakat jg menentukan kemampuan melunasi hutang. Karena ini berhubungan dgn pajak. Makin tinggi pendapatan, makin tinggi pajak yg dapat diambil, maka pemasukan ke negara lebih besar, salah satunya utk melunasi hutang. Tingkat pendapatan bergantung pada produktivitas tenaga kerja, dan produktivitas banyak bergantung pada tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk. Nah apakah tingkat pendidikan masyarakat saat ini menunjukkan peningkatan berarti, sehingga dapat diharapkan peningkatan produktivitasnya, dst dihubungkan dgn kemampuan kita mengembalikan hutang?

Jadi saya lihat masalah hutang ini kompleks, banyak faktor yg berpengaruh.

Masalahnya adalah apakah kita punya keinginan utk bebas dari hutang atau tidak? Kalau ya, mustinya kita sama2 memikirkan jalan keluar dari jeratan utang. Kalau sy pribadi kok inginnya gak punya utang ya. Rasanya utang salah satu faktor yg mengurangi kebanggaan sbg bangsa juga.

Jadi mungkin kesimpulannya, kalau kita ingin keluar dari jeratan utang, sy pikir hal2 yg perlu dilakukan:
– timbulkan keinginan utk bebas dari hutang
– mulai kurangi dan kalau bisa hentikan pinjaman (hutang)
– cari sumber2 pendapatan negara utk mengganti posisi pinjaman
– berantas korupsi sampai ke akar2nya (emangnya gampang)
– tingkatkan produktivitas penduduk melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan
– terakhir, berdoa pada Tuhan agar kita terlepas dari jeratan utang.

salam,
teddy

 

Read Full Post »

Older Posts »