Feeds:
Posts
Comments

Archive for January, 2013

Abhimanyu menoleh sekali lagi ke belakang. Memandang uwak dan pamannya yang melepasnya dengan penuh harapan. Tersenyum ia, bangga ia rasakan karena semua orang mengandalkan kemenangan pasukan pada pundaknya. Ia bertekad akan membuat bangga ayahnya Harjuna, uwaknya Sri Kresna, dan uwak serta pamannya para Pandawa. “Kami  percayakan kemenangan padamu, Anakku. Jangan khawatir, kami siap di belakangmu, segera setelah kau dapat membuka formasi itu kami akan menerebos dan memporakporandakan Chakrawyuha.” demikian kata-kata terakhir
Prabu Yudhistira, membuatnya yakin bahwa ia akan berhasil dengan tugasnya membuka jalan bagi pasukan Pandawa.Ia perintahkan saisnya Sumitra untuk memacu kudanya, dan melesatlah kereta kuda itu bagai panah lepas dari busurnya menuju pusat Chakrawyuha. Barisan Pandawa segera mengikuti dari belakang.Abhimanyu melancarkan panah-panahnya pada dua kelompok pasukan di kanan dan kiri, dan ketika barisan ini bergerak memutar, Sumitra mengarahkan kereta pada ruang kosong yang tinggalkan pasukan yang kini tak bernyawa itu dan kereta itupun berhasil menerobos masuk formasi itu.Namun tak sesuai rencana, rupanya pasukan Hastina mencium rencana Pandawa sehingga segera setelah Abhimanyu masuk, sebagian pasukan di lapis kedua menutup ruang kosong itu atas komando Jayadrata dan formasi itupun tertutup kembali.  Pasukan Pandawa kini harus berjuang kembali membuka formasi itu, namun tak ada yang tahu rahasia yang hanya diketahui Abhimanyu, dan tertahanlah pasukan Pandawa di luar Chakrawyuha.

Kini Abhimanyu terkurung di tengah formasi. Ia tahu kini ia tinggal sendirian.  Tak ada jalan lain baginya kecuali berjuang di dalam kurungan pasukan Hastina itu. Ia lancarkan panah-panahnya untuk membuka lapisan demi lapisan
Chakrawyuha. Di setiap lapisan formasi ia harus bertarung dengan para kesatria utama Hastina. Tapi tak ada seorang pun dari mereka yang dapat mengalahkan kehebatan anak Harjuna. Mereka yang berani mendekat ia hadapi dengan pedangnya yang menyambar-nyambar bagai kilat. Berturut-turut Salya, Karna, Dursasana, Sangkuni, satu persatu mencoba melumpuhkan kesatria muda ini namun tak ada seorang pun yang berhasil. Tubuh-tubuh mereka bercucuran darah disambar panah-panah Abhimanyu.

Pasukan Hastina pun porak poranda. Formasi Chakrawyuha berantakan, kecuali lapisan depan di bawah komando Jayadrata yang berjuang mati-matian menahan pasukan Pandawa agar tak bisa memasuki formasi yang kini berantakan di dalam itu.

Abhimanyu terus mengamuk meluluhlantakkan pasukan Hastina, bagai api yang membakar hutan yang kering di musim kemarau. Ratusan pasukan Hastina bergelimpangan, dan nyata-nyata kemenangan Hastina kini beralih pada pasukan
Pandawa.  Laksmana putra prabu Duryudana kini menyerang. Kedua kesatria cakap ini pun beradu pedang cukup lama, namun kesaktian Abhimanyu dapat mengalahkan putra mahkota Hastina dan gugurlah Laksamana.

Prabu Duryudana yang marah bukan kepalang dengan gugurnya anak yang disayanginya melesat maju dan menyerang, namun terpaksa berbalik kembali karena kewalahan dengan amukan panah-panah anak Subadra.

Pendeta Dhorna hanya dapat berdecak kagum dan melontarkan kata-kata pujian melihat sepak terjang anak muda ini, kehebatannya sama dengan ayahnya, murid yang paling ia kasihi, kalau tidak melebihinya.

Duryudana kesal dengan sikap sang resi, dan memerintahkannya untuk segera mengatasi kekalahan ini.

Tak ada yang akan mampu mengatasi anak ini lewat duel, kata resi Dhorna, bahkan dirinya pun tak akan dapat melumpuhkannya. Tak ada jalan lain bagi mereka, menurut Dhorna, kecuali melancarkan serangan secara bersama-sama.

Demikianlah, aturan peperangan itu untuk pertama kali dilanggar.  Kesatria-kesatria utama Hastina bersama-sama menghadapi anak Subadra. Abhimanyu yang melihat kelicikan ini mencaci mereka, para kesatria utama Hastina, dan
menantang satu persatu untuk duel secara kesatria.  Namun tak ada yang menghiraukan tantangan ini. Mereka membentuk formasi baru, mengurung Abhimanyu dari segala arah dan melancarkan panah-panah mereka pada
Abhimanyu. Ketika Abhimanyu mengarahkan panahnya pada Salya, Karna yang berada di belakang Abhimanyu melepaskan panahnya, mengarah pada busur Abhimanyu dan patahlah busur itu. Salya yang terlepas dari ancaman maut melepaskan anak-anak panahnya pada kusir Sumitra dan Sumitra pun perlaya. Sementara Dursasana
melepaskan panah-panahnya pada kuda-kuda Abhimanyu, dan tersungkurlah kuda-kuda itu. Abhimanyu melocat dari keretanya, kini ia hanya bersenjatakan pedang, berdiri di tanah siap menghadapi keroyokan kesatria Hastina.

Namun ia tak gentar dengan keroyokan ini. Ditebasnya setiap pasukan Hastina yang mendekat, dipatahkannya panah-panah yang mengarah pada tubuhnya.

Namun kembali Karna berhasil melepaskan panah-panahnya dan mematahkan pedang Abhimanyu.

Abhimanyu segera mengambil gada dari pasukan Hastina yang mati, dan ia pun kembali mengamuk dengan gada, menyebabkan kematian puluhan pasukan Hastina.  Namun gada ini pun berhasil dihancurkan panah-panah sakti Resi Dhorna.

Kini tak ada senjata yang tersisa di tangan anak Harjuna. Sementara panah-panah tertancap pada tubuhnya dari berbagai arah, yang dilancarkan para kesatria Hastina.

Tak kehilangan akal dan keberanian, Abhimanyu meraih roda keretanya yang porak-poranda, ia gunakan sebagai tameng sekaligus alat penghancur. Dengan tubuh bagai landak karena panah-panah yang menancap, ia putar-putar roda itu sambil menyerang setiap tentara Hastina di depannya. Kembali puluhan pasukan Hastina bergelimpangan.

Namun kembali resi Dhorna dapat menghancurkan roda itu dengan panah-panahnya dan kini Abhimanyu kehilangan semua senjata. Sementara tubuhnya pun makin lemah, ia mulai limbung, darah bercucuran deras akibat puluhan panah yang memanggang tubuhnya. Dan akhirnya ia pun jatuh terduduk karena kelelahan dan rasa sakit yang luar biasa. Dursala anak Dursasana yang berada dekat tak menyia-nyiakan kesempatan ini.  Ia segera meloncat dengan gadanya, sekuat tenaga ia pukulkan gadanya ke kepala Abhimanyu, dan Abhimanyu pun tersungkur. Gugurlah putra Harjuna yang luar biasa ini.

(bersambung ke: “Harjuna dan Jayadratha)

Read Full Post »

Tentang iri hati dan kisah Nabi Yusuf as

(cerita dalam Al Quran)

Kisah-kisah yang tercatat dalam buku-buku sejarah atau hikayat-hikayat seringkali memiliki kemiripan satu sama lain. 

Pertentangan Pandawa dan Kurawa berawal dari kecemburuan Kurawa terhadap adik-adik sepupunya Pandawa, karena hak tahta Hastina yang dimiliki Pandawa.  Berbagai makar dilakukan Kurawa, mulai dari kebakaran di Waranawata, menolak untuk mengembalikan tahta Hastina, permainan dadu, dan kembali menolak mengembalikan tahta Indraprasta. Pandawa dengan sabar menjalani semua ini, namun akhirnya perang saudara (Bharatayuda) pun tak dapat dielakkan. 

Semua pertentangan yang berakhir dengan perang besar ini berawal dari rasa iri hati (envy, jealousy).  Iri hati dapat terjadi di antara saudara sendiri, seperti dalam cerita Mahabharata di atas.  Tak kurang Al Quran pun menceritakan kisah-kisah tentang iri hati ini.  Di antaranya kisah tentang anak-anak Nabi Adam as (Habil dan Qabil), dan kisah seorang Nabi bernama Nabi Yusuf as.

Kisah Nabi Yusuf as diabadikan dalam Al Quran dalam surat tersendiri, yaitu Surat Yusuf.  Surat ke 12 yang terdiri atas 111 ayat ini bercerita tentang Nabi Yusuf as dan saudara-saudaranya.  Al Quran sendiri menyebut kisah ini sebagai kisah yang terbaik/terindah (ahsan al qashash).  Memang cerita Nabi Yusuf dan juga bacaan surat ini terasa indah. 

Bagian pertama tulisan ini akan memaparkan ringkasan kisah Yusuf, dan bagian kedua akan membahas hubungan kisah Yusuf dengan kisah Mahabharata (insya Allah).  Silakan mengikuti, semoga berkenan.

Kisah Nabi Yusuf as

Tersebutlah di sebuah daerah bernama Kanaan (sekarang sekitar Palestina), seorang Nabi bernama Nabi Ya’qub as yang memiliki dua belas anak.  Sepuluh anak dari istri pertama dan dua anak bernama Yusuf dan Benyamin dari istri kedua.  Yusuf, dan juga Benyamin, disayang ayahnya karena kejujuran mereka.   Kecintaan Yaqub pada Yusuf ini menyebabkan iri hati saudara-saudaranya (kakak-kakaknya) terhadap Yusuf.

Suatu malam Yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, semua bersujud kepadanya.  Ia pun menceritakan mimpi ini pada ayahnya.  Mendengar cerita ini Ya’qub menyuruh Yusuf untuk tidak menceritakan mimpi ini pada saudara-saudaranya, karena ia tahu kecemburuan saudara-saudara Yusuf. 

Kecemburuan saudara-saudara Yusuf makin besar, sampai suatu saat mereka bermaksud mencelakakan Yusuf dengan cara memasukkannya ke dalam sumur.  Maka suatu hari mereka membawa Yusuf bermain-main ke sebuah padang dan tak lama kemudian menjebloskan Yusuf ke dalam sebuah sumur tua di pinggir padang itu.  Mereka pun kemudian pulang dengan membawa baju Yusuf yang dilumuri darah palsu dan menghadap ayah mereka, mengatakan bahwa Yusuf telah dimakan srigala sambil menunjukkan baju Yusuf.  Sungguh sedih Yaqub dan ia merasa anak-anaknya telah berbuat makar terhadap Yusuf, namun ia tak dapat berbuat apa-apa karena tak punya bukti apapun.

Sementara sebuah kafilah yang sedang menuju Mesir melewati sumur tersebut dan menemukan Yusuf di dalamnya.  Mereka pun membawa Yusuf ke Mesir dan menjualnya sebagai budak dengan harga yang murah.  Yusuf dibeli oleh seorang pembesar Mesir, yang membawanya pulang dan menyuruh istrinya untuk merawat Yusuf dengan baik.  Di rumah pembesar Mesir ini Yusuf tumbuh menjadi pemuda yang berilmu pengetahuan dan cakap.  Ketika berada di rumah pembesar Mesir inilah Yusuf diangkat sebagai Allah menjadi seorang Nabi. 

Ketampanan Yusuf mendatangkan kecintaan istri majikannya (Zulaikha) dan pada suatu hari Zulaikha menggoda Yusuf.  Ia mengajak Yusuf masuk ke kamarnya dan ia pun menutup semua pintu kamarnya.  Yusuf menolak ajakan ini, dan ia segera berlari ke arah pintu.  Zulaikha mengejar Yusuf dan merenggut baju Yusuf dari belakang serta merobeknya.  Di depan pintu ternyata majikannya tengah berdiri hendak masuk, dan setelah Yusuf dan Zulaikha saling membela diri nyatalah Zulaikha yang bersalah, terbukti dari baju Yusuf yang robek di belakang dan bukan di depan, karena dikejar dan direnggut oleh Zulaikha dari belakang.  Majikan Yusuf menyuruh Yusuf melupakan kejadian ini. 

Namun tak lama kemudian berita ini tersebar, dan wanita-wanita pembesar Mesir mulai menggunjingkan kejadian ini serta mencemooh Zulaikha.  Zulaikha tidak tahan dengan cemoohan ini dan mengundang mereka ke sebuah pesta.  Dalam pesta tersebut Zulaikha menyediakan buah dan pisau pada masing-masing wanita yang diundangnya, dan menyuruh Yusuf untuk keluar dari kamarnya.  Ketika Yusuf keluar, semua wanita tersebut takjub melihat ketampananYusuf dan saking terpesonanya mereka tanpa sadar mengiris tangan-tangan mereka sendiri dengan pisau sampai berdarah-darah, sambil berkata, ‘Masya Allah.  Ini bukanlah manusia, ini pasti seorang malaikat!’.  Zulaikha puas, dan ia katakan inilah dia pemuda yang telah menolak ajakannya (mungkin maksudnya kalian yang baru sekali melihat saja sudah terpesona sampai melukai tangan-tangan kalian sendiri, bagaimana dengan aku yang setiap hari melihatnya).  Ia katakan di depan mereka, kalau Yusuf tak mau memenuhi keinginannya ia akan memasukkannya ke penjara.  Kata Yusuf, lebih baik dia masuk penjara daripada menuruti kemauan Zulaikha dan wanita-wanita itu (untuk berbuat asusila).  Maka Yusuf pun dimasukkan ke penjara.

Di dalam penjara Yusuf bertemu dua orang penghuni penjara yang masing-masing bermimpi.  Orang yang pertama bermimpi memeras anggur, sedang orang yang kedua bermimpi membawa roti di atas kepalanya dan burung-burung memakan roti itu.   Yusuf yang telah dianugerahi Allah kemampuan mentakwilkan mimpi menceritakan takwil mimpi-mimpi kedua orang tsb.  Mimpi orang yang pertama memiliki arti orang tersebut akan dibebaskan dari penjara, dan akan dijadikan pelayan raja dan melayani raja dengan menyediakan minuman anggur.  Sedang mimpi orang yang kedua berarti orang tersebut akan dijatuhi hukuman mati (karena bersalah) dengan cara disalib, dan burung-burung akan mematuk-matuk kepalanya.  Ternyata kemudian terbukti takwil mimpi Yusuf benar adanya.  Yusuf pun meminta pada orang yang dibebaskan dari penjara untuk menceritakan tentang dia kepada raja, namun orang ini kemudian lupa.  

Suatu hari raja bemimpi melihat tujuh ekor sapi kurus memakan tujuh ekor sapi gemuk dan tujuh bulir gandum yang segar (hijau) dan tujuh bulir gandum yang kering.  Raja menanyakan takwil mimpi ini kepada para ahli ramal, namun tak seorang pun yang berhasil mentakwilkan mimpi tersebut.  Orang yang selamat dari penjara (yang kini jadi pelayan raja) ingat tentang Yusuf yang mampu mentakwilkan mimpi, dan ia minta izin pada raja untuk menemuinya di penjara.  Maka ia pun diutus raja menemui Yusuf dan menceritakan mimpi raja tersebut. 

Yusuf tahu takwil mimpi tersebut, bahwa akan datang tujuh tahun musim hujan di mana penduduk akan panen hasil tanamannya, di tahun-tahun ini penduduk harus menyimpan tanaman sebagai cadangan makanan.  Setelah itu akan datang tujuh tahun berikutnya berupa musim kemarau di mana terjadi paceklik, dan penduduk bisa mengambil bahan makanan yang sudah disimpan di tujuh tahun sebelumnya.  Setelah itu akan datang kembali satu tahun yang subur dan banyak hujan. 

Raja merasa puas dengan takwil mimpi dari Yusuf dan ia pun menyuruh pengawal untuk membawa Yusuf ke hadapannya.  Yusuf menolak untuk menghadap raja kecuali bila nama dia dibersihkan dulu, dan ia minta agar raja menanyai wanita-wanita yang telah menggodanya.  Maka raja pun memanggil Zulaikha dan wanita-wanita yang dulu diundang olehnya, raja tanya apa yang telah terjadi antara mereka dengan Yusuf.  Maka wanita-wanita tersebut bersaksi di depan raja bahwa Yusuf adalah orang yang jujur dan tak melakukan kesalahan apapun.  Zulaikha akhirnya mengaku bahwa dialah yang telah mengajak Yusuf melakukan hal asusila dan bahwa Yusuf adalah orang yang benar dan jujur.

Setelah pengakuan ini dan nama Yusuf bersih, Yusuf pun bersedia dipanggil ke hadapan raja.  Ketika menghadap raja pun memberi kepercayaan pada Yusuf untuk menjadi wakilnya (semacam perdana menteri) dan diberi tugas khusus untuk mempersiapkan pangan menghadapi paceklik yang akan melanda Mesir seperti mimpi raja yang ditakwilkan Yusuf.

Maka Yusuf pun kemudian bekerja keras mempersiapkan pangan penduduk Mesir.  Tujuh tahun pertama mereka bekerja keras menanam dan memanen bahan-bahan makanan pokok (terutama gandum) dan menyimpan cadangan makanan di gudang-gudang persediaan pangan, sehingga ketika tujuh tahun berikutnya datang yang berupa musim kemarau mereka tidak kekurangan makanan karena telah menyimpan bahan makanan yang cukup untuk tujuh tahun.  Penduduk dari berbagai tempat di sekitar Mesir yang terkena paceklik pun datang ke Mesir untuk meminta gandum, termasuk penduduk dari tempat Nabi Ya’qub.  Saudara-saudara Yusuf datang ke istana tempat Yusuf berada dan mereka bertemu Yusuf.  Yusuf mengenali mereka tapi mereka tak mengenali Yusuf, yang kini menjadi perdana menteri di Mesir.  Mereka menceritakan kepada Yusuf tentang keluarga mereka di tanah Kanaan termasuk ayah dan saudara mereka yang lain ibu.  Maka Yusuf pun memperlakukan mereka dengan sangat baik, dan merintahkan petugas untuk memenuhi karung-karung mereka dengan gandum.  Yusuf berkata pada mereka (saudara-2nya), bahwa mereka boleh datang lagi nanti untuk meminta gandum dengan syarat mereka membawa serta saudara mereka yang lain ibu.

Mereka pun pulang dan mengabari hal ini pada ayahnya Ya’qub, tentang bagaimana baiknya perdana menteri Mesir memperlakukan mereka dengan baik, dan bahwa mereka diperbolehkan datang lagi nanti dengan syarat membawa serta adik mereka (Benyamin).  Semula Ya’qub tak igin melepas Benyamin karena telah kehilangan Yusuf, namun ketika musim paceklik kembali datang dan mereka tak punya lagi makanan, ia tak punya jalan lain, harus melepas Benyamin untuk pergi bersama kakak-kakaknya dengan syarat mereka harus mempertahankan Benyamin apapun yang terjadi.  Mereka berjanji akan menjaga Benyamin sekuat tenaga.

Setibanya di Mesir mereka bertemu kembali Yusuf (mereka masih belum mengenalinya), dan Yusuf menghampiri Benyamin dan memberi tahu identitasnya.  Ketika mereka sedang memenuhi karung-karung mereka dengan gandum, Yusuf memasukkan sebuah cangkir emas ke dalam karung Benyamin.  Ketika mereka pulang, penjaga mengumumkan bahwa mereka telah kehilangan sebuah cangkir emas milik raja dan mereka bermaksud memeriksa semua karung  yang telah diisi gandum.  Maka mereka pun mulai memeriksa karung-karung saudara-saudara Yusuf.

(bersambung)

Read Full Post »

Abhimanyu Gugur (1)

“Menembus lingkaran ke tujuh, yang paling dalam, ini yang paling sulit… ” kata Harjuna yang baru menceritakan setengah kisahnya malam itu pada istrinya tercinta, Subadra.  Ia baru menyadari istrinya sudah lelap tertidur, mungkin karena tak terlalu tertarik dengan ceritanya tentang formasi militer itu.  
 
Sudah tujuh bulan Subadra mengandung, dan setiap malam sang suami dengan rajin mendongeng pada istrinya, tentang berbagai kisah kehidupan.  Dan tentu yang paling banyak ia ceritakan adalah kisah-kisah kesatriaan dan keprajuritan, taktik peperangan, dan sebagainya.  Subadra kadang tertarik kadang bosan. Tapi ia tahu kakandanya bukan hanya bercerita untuknya, melainkan untuk janin yang sedang ia kandung.  Ya, mereka berdua berharap kalau janin ini lahir sebagai laki-laki, kiranya ia menjadi kesatria utama, pandai, luhur budi dan berani.  Mereka percaya janin sudah mulai bisa mendengar, dan cerita-cerita kehidupan dan keprajuritan dari ayahanda kiranya dapat menjadi bekal kelak baginya dalam mengarungi kehidupan.
 
Malam itu Harjuna bercerita tentang sebuah taktik peperangan, yaitu tentang sebuah formasi pertahanan yang paling sulit ditembus. Formasi itu bernama Chakrawyuha.  Formasi itu berbentuk bunga teratai yang terdiri atas tujuh lapis.  Formasi pertahanan yang sekaligus dapat digunakan untuk menyerang, dan sangat efektif melumpuhkan lawan yang mencoba menembusnya.  Harjuna bercerita tentang rahasia menembus formasi itu, yang ia pelajari dari gurunya, Resi Dhorna.  Di antara murid-murid sang resi memang hanya ialah yang diberi tahu rahasia ini, karena sayangnya pada Harjuna murid terkasihnya.  
 

Chakrawyuha formation

Chakrawyuha formation

Namun demikianlah, Subadra tertidur ketika sang suami baru menceritakan rahasia menembus formasi tujuh lapis itu, dan Harjuna pun tak melanjutkan ceritanya.  Tak tahu ia bahwa janin itu menendang-nendang perut ibunya yang sedang tertidur, mungkin protes karena masih ingin mendengar cerita sang ayahanda.  Harjuna pun tak melanjutkan ceritanya tentang bagaimana cara keluar dari formasi pertahanan itu apabila telah ditembus, melihat istri terkasihnya sudah tertidur. 

Maka tak lama kemudian bayi itu pun lahirlah.  Abhimanyu, ia diberi nama.  Ia pun tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan tangkas.  Persis seperti ayahnya penengah Pandawa yang ketampanannya melumpuhkan hati setiap wanita.  Namun sejak kecil ia hanya diasuh oleh ibunya Subadra, dan uwaknya prabu Dwaraka, Sri Kresna.  Karena baru saja ia berusia tiga tahun ayahandanya bersama saudara-saudaranya Pandawa harus pergi untuk menjalani pengasingan akibat kekalahan Yudhistira dalam permainan dadu melawan Kurawa.  Sri Kresna pun melatih anak yang cerdas dan berbakat ini dengan berbagai ajaran budi pekerti serta ketangkasan, kesaktian dan keprajuritan.  Maka dalam usia yang masih muda dapat dikatakan ia hampir menyamai kecakapan ayahandanya Harjuna, mahir memainkan hampir semua peralatan peperangan: panah, pedang, gada, keris, tombak, dan lain-lain.
 
Tiga belas tahun sejak kelahiran Abhimanyu, Pandawa selesai menjalani hukumannya dan saat itu mereka berada di Wirata.  Dalam usaha mempertahankan Wirata dari serangan Hastina, Pandawa berhasil membantu para pangeran Wirata mengusir bala tentara Hastina.  Prabu Matsyapati pun ingin menyatakan terima kasihnya kepada Pandawa, dengan menawarkan putri bungsunya Utari pada Harjuna. Namun Harjuna merasa Utari seperti anak baginya, dan ia pun mengusulkan agar anaknyalah,  Abhimanyu, yang ditikahkan dengan Utari.  Semua setuju, maka menikahlah kedua pasangan muda ini, Abhimanyu dan Utari.  
 
Sayang saat-saat bahagia sebagai keluarga tidaklah lama, karena tak lama kemudian Bharatayuda pun pecahlah, dan Abhimanyu pun berangkat ke medan perang Kurusetra, menyertai ayah dan paman-pamannya untuk membela kehormatan dan hak mereka atas tahta Indraprasta.  Abhimanyu pun menjadi kesatria paling muda dalam peperangan tersebut, karena usianya baru menginjak enam belas tahun. Sedang istrinya Utari tengah mengandung buah hati mereka. 
 
Bharatayuda, hari ketiga belas 
 
Perang saudara di medan Kurusetra ini berlangsung makin dahsyat.  Kedua pihak telah kehilangan banyak korban.  Di pihak Kurawa, Resi Bhisma telah jatuh oleh panah-panah Srikandhi dan Harjuna.  Demikian pula pihak Pandawa, telah kehilangan banyak kesatria utamanya termasuk para pangeran Wirata, yaitu Utara, Seta, dan Wratsangka.
 
Hari ini pihak Kurawa dikomandai langsung oleh sang guru, Pendeta Dhorna.  Sang resi diberi tugas khusus oleh Prabu Duryudana untuk menangkap hidup-hidup Prabu Yudhistira, dengan maksud agar Pandawa menyerah. Maka sang resi pun menyusun kekuatan Hastina dalam sebuah formasi yang tak dikenal banyak kesatria, yaitu formasi Chakrawyuha.  Formasi bunga teratai tujuh lapis yang rumit, membentuk labirin sehingga sulit ditembus balatentara Pandawa.  Setiap lapisan yang terdiri atas ratusan prajurit berputar sehingga menyulitkan dan membingungkan lawan yang mencoba menembusnya.
 
Hanya beberapa orang di antara Pandawa yang mengetahui rahasia menembus formasi Chakrawyuha ini.  Mereka adalah Harjuna, Sri Kresna, dan Pradyumna (anak Sri Kresna).  Saat ini Harjuna sedang berada jauh di sudut lain medan pertempuran bersama Sri Kresna yang menjadi kusirnya.  Sedang Pradyumna tak terlibat dalam Bharatayuda.
 
Benar ampuh formasi ini, dalam waktu tak berapa lama balatentara Pandawa terlihat kewalahan, dengan banyak sekali prajuritnya yang terperangkap formasi tentara Hastina ini.  
 
Di tengah kebingunan Pandawa dengan serangan Hastina ini, Abhimanyu mendekati prabu Yudhistira dan para pamannya Pandawa.  Ia katakan bahwa ia tahu bagaimana menembus formasi itu.  Ia tahu rahasia tersebut dari ayahnya.  Namun ia tak tahu bagaimana cara keluar darinya apabila ia berhasil menembusnya nanti.
 
Tak ada cara lain bagi Pandawa untuk menghindari kekalahan hari itu, kecuali mengandalkan keponakannya yang masih muda ini.  Dan mereka pun berjanji apabila Abhimanyu telah dapat menembus formasi itu, tentara Pandawa akan dikerahkan di belakangnya untuk memporak-porandakan formasi tersebut dan melindungi Abhimanyu dari keroyokan musuh.
 
Sejenak Abhimanyu mengingat-ingat di bawah alam sadar, bayangan yang ia terima ketika ia masih berada dalam alam rahim.  ‘Serang dan lumpuhkan kedua kelompok pasukan lawan di samping kanan dan kiri, bukan yang di hadapanmu.  Lapisan yang berputar akan meninggalkan ruang kosong dan di situlah kamu masuk menerobos lapisan’, demikian yang ia ingat dari cerita ayahandanya.
 
Dengan tekad bulat ia pun memerintahkan saisnya memacu kereta kuda mengarah pada pusat formasi di mana Resi Dhorna berada.  
 
(bersambung)
 
PS.  Dapatkan komik seri Mahabharata karya R.A. Kosasih dan mari ikut lestarikan warisan budaya bangsa :).
 
Salam,
 Teddy

Read Full Post »

Ensiklopedi

Cabang-cabang ilmu pengetahuan:

– Filsafat

– Fisika

– Kimia

– Biologi

– Agama

– Matematika

– Kedokteran

– Farmasi

– Geografi

– Sejarah

– Politik

– Ekonomi

– Industri

– Teknologi

– Optik

– Sumberdaya mineral

– Pertambangan

– Sumberdaya air

– Luar negeri

– Bisnis

– Komputer

– Keluarga

– Kesehatan

– Olah raga

– Seni

– Budaya

– Seni

Read Full Post »

Mengapa cerita Mahabharata begitu menarik sepanjang masa?  Apakah karena ia sebuah cerita indah, yang menggambarkan berbagai karakter manusia, berbagai konflik, kisah tragis, diiringi perebutan kekuasaan, seolah cerita tentang manusia sepanjang zaman.  
 
Saya bayangkan sang penggubah (Mpu Vyasa) adalah seorang cendekia yang memahami seluk beluk sifat dan karakter manusia dan mendalami literatur-literatur kelas tinggi di zamannya.  Ia juga paham tentang liku-liku peperangan (kisah Bharatayuda): tipu muslihat, penggunaan berbagai senjata, taktik penyerangan dan pertahanan, kekuatan komando, dan berbagai aspek psikologi dalam perang.  Tak pelak sang mpu seorang maestro.
 
Cerita perseteruan Kurawa-Pandawa seperti mewakili dua kubu nilai dalam kehidupan: kebenaran lawan kabatilan, kebaikan lawan kejahatan, keadilan lawan kezaliman, kesalehan (piety) lawan kecintaan pada dunia (hedonisme).
 
Peperangan dua kubu yang selalu berlangsung di dunia, di segala zaman dan setiap arena kehidupan, ditampilkan dengan apik dalam Mahabharata. Pandawa mewakili nilai-nilai keutamaan budi: rendah hati, kedermawanan, sifat kesatria, tepat janji, teguh memegang kepercayaan. Sedang Kurawa menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya: keserakahan, kesewenang-wenangan, kelicikan, khianat.
 
Tentu tak ada manusia yang sempurna.  Kalau membaca cerita aslinya dari India, sang penggubah dengan jelas juga memperlihatkan sisi buruk Pandawa: kelemahan Yudhistira terhadap kegemarannya bermain judi, taktik-taktik licik Sri Kresna dalam memenangkan Pandawa, kelemahan Harjuna terhadap perempuan, kebohongan Yudhistira dalam episode ajalnya Pendeta Dhorna, dll.  Di sisi lain, kesatria sejati yang memihak Kurawa juga diperlihatkan sisi buruknya: kelicikan Pendeta Dhorna terhadap Ekalaya, kecurangan Prabu Salya waktu menjadi sais Karna, pemihakan Karna terhadap Kurawa dan pelanggarannya atas prinsip-prinsip kesatria, dll. Demikian pula, tak semua Kurawa bersifat jahat.  Ada satu-dua Kurawa yang bersikap kesatria, yang mengedepankan hati nurani dan budi dalam kehidupan khususnya di saat peperangan.  Kisah asli versi India jelas tidak hitam putih, banyak warna abu yang menampilkan ironi kehidupan, dan bahwa menjaga kebenaran dan kejujuran dalam hidup tidak selalu mudah.
 
Menarik untuk memperhatikan akhir kehidupan kisah Mahabharata, yaitu tentang gambaran tentang surga dan neraka. Pandawa dan Kurawa masing-masing menempati tempat sesuai dengan amal mereka di dunia. Seolah-olah pengarang Mpu Vyasa ingin menunjukkan bahwa episode akhir inilah inti dari cerita Mahbharata.  Ini seperti menjadi gambaran tentang kedua pandangan atau paradigma terhadap hidup di dunia itu sendiri.
 
Kurawa yang diwakili Duryudana, Dursasana dan paman mereka Sangkuni, begitu tamak dan menyandarkan kehidupan mereka pada kedudukan di dunia. Mereka tak pernah merasa puas dengan kedudukan yang diperolehnya. Selalu ingin memperoleh yang lebih. Berbagai peristiwa memperlihatkan kecintaannya pada kejayaan dan kedudukan di dunia: merebut tahta Yudhistira atas Hastina pada peristiwa pembakaran gedung di Waranata, mencurangi Yudhistira dalam permainan judi, menolak untuk mengembalikan Indraprasta setelah masa hukuman Pandawa selesai, dan sebagainya. Sedang Pandawa, walau mereka adalah kesatria dan raja yang tinggi kedudukannya, dengan sabar menjalani hukuman di rimba Kamiaka selama dua belas tahun plus satu tahun penyamaran. Pandangan hidup tentang dunia yang sementara (fana/transitory) sebagaimana falsafah Yudhistira, seperti menjadi penawar bagi penderitaan hidup di dunia. Mungkin mereka menyadari bahwa penderitaan yang dialami di dunia tak berarti jika dibandingkan dengan kehidupan kekal yang akan dialami setelah mati (?).
 
Apakah nilai-nilai tentang keyakinan pada hidup setelah mati ada di setiap masa dan bangsa? Ataukah ini sekadar angan-angan dan rasionalisasi akal manusia? Ataukah petunjuk dari “langit” yang selalu datang pada setiap bangsa? 
 
Jadi ingat dalam sebuah hadits Nabi, tak kurang 124 ribu nabi/rasul diturunkan Allah kepada umat manusia sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw (cmiiw).
 
Apakah tidak mungkin pengetahuan tentang surga-neraka dibawa oleh nabi-nabi tersebut dan kemudian ikut mewarnai cerita dalam kisah Mahabharata? 
 
Dalam Islam, keyakinan tentang hari akhir memiliki kedudukan penting dalam hidup seorang muslim, dan menentukan sikap seorang muslim dalam menjalani hidup.
 
(Teddy)

Read Full Post »

Kawan-kawan ITB’89 yang saya hormati,

Di penghujung tahun 2012, ijinkan saya memaparkan realisasi rencana
kerja kepengurusan yang saya tawarkan saat pemilu Ketua Paguyuban 2011
yang lalu berikut rencana kegiatan kepengurusan di 2013.

Program kerja lengkap beserta visi misi saat pemilu dapat rekan-rekan
lihat di: https://www.facebook.com/groups/itb89/doc/204030786299978/

Saya sebut programnya adalah 4 sehat 5 sempurna, berikut penjelasan
mengenai realisasinya.

1. Melengkapi dan memperbaharui Database baik secara jumlah maupun
informasi detail alumni 89. Hobby dan aktifitas bisnis / sosial akan
diusahakan menjadi tambahan untuk database ITB89.

Realisasi:
Pembaharuan database berjalan lambat. Saya belum mem-push untuk
dilakukan cepat mengingat urgensinya adalah demi Reuni 2014. Selama
ini update terhadap database reuni 2009 kami lakukan secara insidentil
melalui berbagai acara kumpul-kumpul yang diadakan oleh Paguyuban,
juga melalui beberapa teman di jurusan yang memang aktif memperbaharui
database teman-teman seangkatannya.

Mendekati Reuni 2014 pengurus, dengan bantuan PIC Jurusan,
merencanakan untuk aktif melakukan pendataan dengan bbrp cara,
mengirimkan formulir melalui email, facebook, maupun dengan telpon
langsung seperti yang pernah dilakukan panitia Reuni 2009 lalu.

2. Melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan pendidikan dengan fokus dari
dan ke dalam paguyuban ITB89.
– Mengusahakan beasiswa bagi keluarga temen yg kehilangan
mata-pencaharian atau telah lebih dulu mendahului kita,
– Mengadakan pelatihan pengasuhan untuk anak model PSPA atau sejenisnya,
– Mengadakan pelatihan perencanaan keuangan keluarga,
– Mengadakan pelatihan Pengenalan kemampuan & bakat.

Realisasi:
Secara umum, kegiatan sosial dengan fokus ke dalam paguyuban ITB89
yang sudah dilaksanakan oleh pengurus adalah :
– Pertama-tama sekali, membuat aturan main penggunaan keuangan
sederhana dalam rangka pembiayaan kegiatan paguyuban, sambil utamanya
aktif memohon bantuan rekan-rekan 89 semuanya untuk menyumbangkan
sebagian rejeki ke kas paguyuban baik dalam bentuk iuran tahunan
maupun dana sosial.
– Melakukan pengiriman papan bunga duka kepada keluarga
rekan-rekan ITB89 yang mengalami kedukaan.
– Menyumbangkan dana sosial kepada keluarga ITB89 yang mengalami kedukaan.
– Membiayai pendidikan (sekolah dasar maupun kursus) dari
putra-putri rekan ITB89 yang mengalami musibah atau ketidakmampuan
secara ekonomi.
– Melakukan kunjungan dan memberikan sumbangan ke panti sosial
yang dikelola oleh rekan ITB89.
– Mengadakan assessment Talents Mapping.

Di tahun 2013, insyaAllah akan kami adakan lokakarya sekaligus
pelatihan penulisan untuk keluarga ITB89, juga kegiatan Business
Gathering serta kegiatan pelatihan lainnya. Sangat diharapkan peran
serta aktif dari rekan-rekan ITB89 yang mempunyai keahlian di beberapa
bidang khususnya perencanaan keuangan dan bisnis untuk menjadi nara
sumber dalam kegiatan-kegiatan pelatihan paguyuban di 2013.

3. Bekerja bersama Koperasi ITB89, mengusahakan peluang-peluang bisnis
yg dapat; a.Membuka lapangan pekerjaan, b.Mendatangkan profit, dan
c.Mengembangkan semangat entrepreneurship untuk anggota paguyuban
ITB89.

Realisasi:
Beberapa peluang bisnis secara tidak langsung sudah terealisasi meski
bukan dengan Koperasi ITB89. Beberapa sudah ada yang mencoba
berbisnis sesama rekan ITB89, sudah ada yang menyumbangkan sebagian
profitnya ke kas paguyuban.

Saya usahakan di 2013 kegiatan business gathering bisa terselenggara
dengan menarik minat banyak 89 yang ikut serta sehingga segera bisa
kita kembangkan semangat entrepreneurship sekaligus bisnisnya. Kami
berharap bisa membuat kegiatan bisnis / sosial yang bisa ditawarkan
sebagai program CSR dari instansi pemerintah maupun swasta.

4. Mendorong terbentuknya kelompok-kelompok di dalam paguyuban yang
diramaikan baik di milist FB maupun real oleh temen2 89 sesuai bidang
keahlian dan hobby masing-masing. Politik misalnya, atau contoh lain
club IT, Restoran, Finance, Rescue Team, Gowes, Golf, Gondola, Diving,
atau lainnya. Dari kelompok2 ini diharapkan muncul kegiatan yg bisa
mengharumkan nama paguyuban ke luar.

Realisasi:
Sebelum terbentuknya Paguyuban ITB89 sudah ada beberapa kelompok
keahlian maupun hobby, seperti Gowes dan Golf. Dalam satu setengah
tahun ini kelompok hobby yang muncul dan sudah menyelenggarakan
beberapa acara adalah Trekking dan eVote (FeD).

Teman-teman yang passion-nya di wirausaha, politik maupun fotografi
dan kuliner kami usahakan bisa muncul di tahun 2013 agar semakin
beragam kegiatan yang bisa dikerjakan bersama.

5. Terakhir, penyempurna dari ke-4 di atas adalah terselenggaranya
Reuni perak tahun 2014 yang lebih asik lebih seru dan lebih banyak
peserta, dengan tahapan;
– PembentukanPanitia Reuni 2014
– Memfasilitasi kumpul-kumpul rutin 3 bulanan dengan sebanyak mungkin
alumni 89 yg hadir, termasuk melaksanakan acara2 rutin tahunan seperti
buka puasa bersama, halal bihalal, dll., serta usaha pencarian dana
untuk Reuni.

Realisasi:
Pengurus telah menetapkan Ketua dan Wakil Ketua Panitia Reuni Perak
ITB89, yang mana mereka merencakanan di awal 2013 sudah terbentuk
kepanitiaan inti.

Kami harapkan sangat partisipasi aktif kawan-kawan dalam mendukung
Panitia Reuni 2014 baik dengan doa, materil maupun moril, baik aktif
di dalam kepanitiaan maupun menjadi PIC Jurusan, termasuk aktif
mengajak teman-teman seangkatannya, agar kita bisa mengadakan acara
Reuni yang seru dan menyenangkan di 2014 mendatang.

Demikian pelaporan realisasi rencana kerja yang saya sampaikan.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan kata maupun perbuatan dari saya dan
juga para pengurus paguyuban dalam menjalankan amanah pemilu 2011.
Kritik dan saran kawan-kawan kami harapkan demi semakin guyubnya
komunitas yang kita cintai ini.

Selamat Tahun Baru 2013, semoga ke depan lebih banyak hal positif yang
bisa dikerjakan dengan lebih baek.

Note:
Attachment file pdf Laporan keuangan Paguyuban ITB’89.

AMR
Paguyub ITB’89

Read Full Post »

Intro:

Ketika membaca laporan dari pak ketua Arnold, saya ikut merasa gembira dan bersyukur bahwa akhirnya laporan ini selesai juga.   Terima kasih Bli Arnold dan kawan-kawan pengurus.

Apakah saya berhak memberi tanggapan atas laporan tersebut?  Lha saya gak ngapa-ngapain selama ini, gak membantu apa-apa untuk kepengurusan Bli Arnold.  Hanya sesekali saja menulis di milis untuk menyemangati pengurus (selebihnya saya menulis lebih banyak untuk menyalurkan minat menulis saja dan meramaikan milis).

Tapi karena terlanjur janji (pada Bang Andre khususnya) untuk memberi tanggapan, saya buat pula tulisan di bawah.  Ternyata jadinya lebih merupakan sebuah renungan, lebih banyak untuk diri saya pribadi.   Maaf saya tak membahas secara langsung laporan Bli Arnold, karena memang saya tak siap saat ini (baik secara mental maupun kapasitas pemikiran). 

Saya buat tulisan ini dengan rujukan pada kitab suci Al Quran, tentang hidup dan kehidupan, dalam pandangan saya sebagai seorang muslim.  Ini bukan sebuah tafsir atas ayat-ayat yang saya kutip (karena saya orang awam dalam agama), namun sekadar upaya saya memahami ayat-ayat Quran sehubungan dengan isi tulisan.

Tentang keberadaan kita di dunia:

Dari mana asal kita?  Apa tugas kita di dunia?  Akan ke mana kita setelah hidup di dunia ini? 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin muncul manakala kita berada dalam kesendirian, atau ketika kita sedang ingin merenungkan hakikat kehidupan.  Buat saya sendiri, pertanyaan-pertanyaan itu muncul ketika mendengar berita kematian: teman, saudara, ataupun orang lain yang tak saya kenal.

Sebagian pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan merujuk pada kitab suci (Al Quran), namun sebagian seringkali memerlukan pemikiran tersendiri, karena jawabannya mungkin spesifik untuk setiap orang. 

Tulisan-tulisan yang saya buat (sebagian besar untuk komunitas ITB89) mungkin sedikit banyak tak lepas dari perenungan-perenungan seperti di atas.   Pemikiran itu seringkali berubah-ubah, tidak konsisten, dan akhirnya saya sendiri mengalami kesulitan untuk menyimpulkannya, melainkan bahwa tulisan-tulisan itu seperti sebuah pencarian.  Apakah sekarang saya telah menemukan apa yang saya cari?  Mungkin ya, mungkin juga tidak.  Karena mungkin proses pencarian itu tak pernah berujung sampai maut mendatangi kita.  

Tapi kalau merujuk pada ayat-ayat suci Al-Quran, kiranya kita dapat menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas.

Tentang penciptaan manusia dan tugas di bumi:

Sebelum kita diturunkan ke bumi dan masih berada dalam fase ruh, kita telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan kita, dan persaksian ini diambil oleh Allah agar kelak di hari akhir (ketika kita diminta pertanggungjawaban atas segala amal kita), kita tidak  mengatakan, “kami tidak tahu (lalai) tentang hal ini” (QS 7: 172). 

Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi, untuk memakmurkan bumi, dan untuk membina sebuah kehidupan di bumi yang dilandaskan pada ketaatan pada Allah Swt (QS 2:30).  Kedudukan manusia yang tinggi dalam hal ini melebihi malaikat, karena anugerah akal yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Adam as dan keturunannya, yang tidak diberikan pada makhluk lain selain manusia.  Bahkan karena kedudukannya ini malaikat diperintah Allah untuk bersujud kepada Adam sebagai tanda penghormatan atas kemampuan akalnya (QS 2:34).

Namun kedudukan yang tinggi ini tidak mudah untuk dijaga.  Manusia cenderung tertipu oleh berbagai godaan.  Bahkan Nabi Adam as pun tak luput dari godaan ini (godaan syetan), sehingga kemudian diturunkan Allah dari surga ke dunia (QS 2:36), walau setelahnya Nabi Adam beserta Siti Hawa bertaubat dan diterima taubatnya oleh Allah Swt. 

Fungsi sebagai khalifah tidak selalu mudah untuk dijalankan, bahkan alih-alih menjaga kelestarian, keindahan, dan keharmonisan alam, sebagian (besar) manusia cenderung merusak keadaan bumi (daratan dan lautan) (QS 30:41). 

Tentang Tuhan dan kenikmatan yang Ia anugerahkan:

Hal-hal di sekitar kita, kejadian-kejadian yang kita alami, keindahan-keindahan yang kita persepsi di alam sekitar, dan pengetahuan kita tentang kehebatan dan kompleksitas alam semesta seringkali menggugah fikiran dan perasaan kita akan keajaiban alam.  Berbagai keajaiban di alam merujuk pada keniscayaan tentang adanya Pencipta, Causa Prima, awal dari segala sesuatu, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, dan Yang Maha Bijaksana.  Dialah Allah, Tuhan seru sekalian alam (QS 41:53).

Jasmani kita yang sehat, fikiran kita yang terus berkembang, panca indera yang lengkap dan bekerja dengan sempurna sesuai dengan fungsinya, seringkali kita anggap sebagai sesuatu yang normal.  Kita menganggapnya demikianlah memang semestinya.  Padahal penglihatan, pendengaran, nafas yang kita hirup setiap detik, makan dan minum, semua adalah nikmat Tuhan yang kelak akan Allah mintai pertanggung jawabannya (QS 17:36).

Kita (manusia) seringkali menganggap bahwa segala yang kita miliki (atau segala yang ada dalam kekuasaan/genggaman kita) kita peroleh melalui kerja keras kita dan ilmu yang kita miliki.  Kita lupa bahwa dulunya kita adalah setetes air yang hina (QS 76:1), kemudian lahir sebagai bayi yang tak dapat berbuat apapun kecuali menangis.  Setelah itu kita tumbuh dan belajar, sehingga pada akhirnya memiliki berbagai kepandaian dan kekuatan.  Kita sering lupa atas segala pemberian-Nya, dan menganggap bahwa pencapaian (prestasi) kita itu adalah berkat kehebatan kita.  Persis seperti Qarun, yang diberi harta berlimpah namun hanya mengakui bahwa hartanya itu ia peroleh berkat ilmu yang ia miliki (QS 28:78).  Karena kesombongannya Qarun pun mengalami kebinasaan (QS 28: 81).

Kapan kita mengingat Allah dan segala nikmat yang Ia limpahkan pada kita?  Apakah kita mengingat Allah hanya pada waktu shalat (yang kita sering lakukan dengan tidak/kurang khusyu), atau ketika menghadapi sebuah musibah, atau ketika mendengar atau melihat kematian?  Seringkali kita mengingat Allah dan berusaha dekat dengan Allah, serta mengikhlaskan diri pada-Nya, ketika kita mengalami kesulitan.  Namun setelah Allah mengangkat segala kesulitan itu, kita pun berbalik kembali menjadi ingkar dan tidak mensyukuri nikmat-Nya.

Tentang fitrah manusia:

Dari mana datangnya perasaan-perasaan kita terhadap orang lain?  Cinta kepada pasangan (suami/istri) dan anak-anak, rasa kasihan kepada orang yang kurang beruntung, rasa ingin berteman dan bersahabat, rasa ingin menolong, rasa sedih, rasa malu, dan lain-lain? Siapa yang memberi kita perasaan-perasaan itu?  Apakah itu perasaan yang kita buat sendiri? 

Betapa sering kita mencucurkan air mata tanpa kita sadari atau kita inginkan?  Dan juga kita sering merasa marah tanpa bisa kita kendalikan? 

Betapa sering kita ingin seperti orang lain yang menunjukkan sifat-sifat yang baik: ramah, mudah menolong, mudah memberi, mudah memaafkan. 

Dan apa yang harus kita lakukan dengan sifat-sifat/perasaan-perasaan itu?  Dan bagaimana pula kita dapat meningkatkan kualitas sifat yang baik, dan mengurangi bahkan pada saatnya menghilangkan sifat-sifat yang jelek?

Allah-lah yang telah menciptakan manusia atas fitrahnya (QS 30: 30).  Namun Allah juga menunjukkan dua jalan, jalan kebaikan dan jalan keburukan (90:10).  Kita sendirilah yang memilih jalan mana yang akan kita tempuh.  Jalan kebaikan adalah jalan yang sulit dan terjal (QS 90:11), namun jalan ini yang akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.  Sedang jalan keburukan seringkali terlihat indah dan menggoda, namun di balik itu mengarah pada kehinaan dan kebinasaan.

Tentang manusia dan masyarakat:

Individu-individu membentuk kelompok-kelompok, dan kelompok-kelompok membentuk sebuah masyarakat.  Sebagaimana individu, kelompok dan masyarakat mempunyai cita-cita, atau idealisme.  Cita-cita atau idealisme kelompok dan masyarakat banyak ditentukan oleh cita-cita dan idealisme masing-masing individu.

Apakah cita-cita masyarakat di sekitar tempat kita hidup dan beraktivitas?  Apakah cita-cita bangsa Indonesia?

Dan sehubungan dengan cita-cita masyarakat dan bangsa, apakah tugas dari kelompok-kelompok agar cita-cita masyarakat dan bangsa dapat tercapai?

Dalam Al Quran, Allah berfirman bahwa orang-orang yang terbaik adalah mereka yang menyeru pada (jalan) Tuhan, berdiri kokoh di atas kebenaran, dan berbuat kebajikan (QS 41:33).

Allah pun memerintahkan agar di antara masyarakat hendaklah terdapat sebuah golongan (kaum) yang menyeru pada perbuatan baik (ma’ruf) dan melarang dari perbuatan jelek (mungkar) (QS 3:104).

Kesimpulan (tentang ITB89):

Dari rangkaian pemikiran di atas (yang kurang tersusun dengan runtut), apa yang bisa disimpulkan? 

Komunitas ITB89 adalah komunitas yang beragam.  Masing-masing anggota punya minat, ide, kecenderungan, pemahaman, keyakinan, dan orientasi yang berbeda-beda.  Tidak mudah menyatukan komunitas ini dalam sebuah perjalanan bersama.  Kadang terjadi perbedaan pandangan yang sulit untuk dipertemukan.  Kadang kekhawatiran kita akan timbulnya perselisihan karena adanya berbagai perbedaan tersebut, membuat kita enggan atau ragu-ragu untuk melangkah.

Tapi saya percaya bahwa ada kebaikan yang ingin kita raih melalui kebersamaan ini.  Ada sebuah misi yang dapat kita emban bersama, terlepas dari berbagai perbedaan yang ada. 

Pada akhirnya kita akan mati, menghadap ke hadirat-Nya yang telah menciptakan kita, sebagai individu-individu.  Mampukah komunitas ini, selain bekerja bersama untuk kemaslahatan di dunia, juga membantu individu-individu anggotanya meraih sebuah kualitas tertentu, yang bukan hanya bermanfaat di dunia ini namun juga bermanfaat sebagai bekal menghadap-Nya kelak?

Tulisan sederhana di atas semoga dapat membantu masing-masing kita (anggota ITB89) maupun pengurus untuk merenungkan dan merumuskan kembali makna aktivitas kita sebagai sebuah komunitas.  Tulisan tersebut semoga dapat menjadi pengingat tentang tugas kita (manusia) di dunia, fitrah manusia, nikmat Tuhan yang perlu selalu disyukuri, hubungan kita dengan orang lain, dan tugas kita sebagai komunitas dan bagian dari masyarakat/bangsa.

Penutup:

Sebagaimana saya tulis di awal tulisan, tulisan di atas tak menanggapi laporan Pengurus (Bli Arnold dkk), walaupun saya buat semata-mata untuk mencoba memenuhi janji saya untuk memberi tanggapan :). 

Saya hanya dapat mendoakan Bli Arnold dan kawan-kawan pengurus agar diberi kekuatan dan kesabaran untuk meneruskan perjalanan, mengemban amanah kepengurusan Paguyuban ITB89.  Semoga perjalanan komunitas ini mendapat berkah dan ridha dari-Nya.  Amien.  Tak lupa terima kasih selalu untuk Bli Arnold, rekan-rekan pengurus, dan kawan-kawan ITB89 atas segala amal yang telah dikerjakan dan kebersamaan selama ini.

Terima kasih telah membaca tulisan ini.  Dan terakhir mohon maaf apabila ada bagian tulisan di atas yang kurang berkenan. 

Wassalam,

Teddy

Read Full Post »

Dewa-dewa dalam cerita wayang

Dalam cerita wayang, dewa-dewa atau betara diceritakan memiliki penguasaan terhadap proses-proses di alam ataupun benda-benda alam, atau menguasai fase-fase dalam kehidupan.  Tentu ini tak lepas dari agama Hindu yang menjadi latar belakang kisah wayang dari India (khususnya kitab Mahabharata dan Ramayana).

Sebagai contoh, dewa-dewa yang menguasai proses alam/benda-benda alam:

– Betara Surya yang menguasai matahari

– Betara Indra yang menguasai hujan dan halilintar

– Betara Bayu yang menguasai angin

Sedang dewa-dewa yang menguasai kehidupan, di antaranya:

– Betara Brahma yang merupakan dewa pencipta

– Betara Wisnu yang merupakan dewa pemelihara kehidupan

– Betara Syiwa yang merupakan dewa perusak atau pengubah (transformer)

Dewa-dewa tersebut di atas selain diceritakan memiliki kekuasaan, juga sering diceritakan memiliki sifat-sifat seperti manusia, misalnya menikah, baik dengan dewi maupun manusia (wanita) biasa, dan darinya memperoleh keturunan, seperti:

– Betara Brahma yang beristrikan Dewi Saraswati (seorang dewi), Betara Wisnu yang beristrikan Dewi Laksmi (juga seorang dewi)

– Betara Surya, Betara Dharma, Betara Bayu, dan Betara Indra yang masing-masing mengawini Dewi Kunti (seorang manusia biasa) sehingga lahirlah Karna, Yudhistira, Bima, dan Harjuna

– Betara Aswin yang mengawini Dewi Madrim (seorang manusia) sehingga lahirlah kembar Nakula-Sadewa

Selain itu, dewa-dewa juga dapat menitis pada manusia (inkarnasi), misalnya Dewa Wisnu yang menitis pada Sri Rama (dalam kisah Ramayana) dan Sri Kresna (dalam kisah Mahabharata)

Prinsip Tauhid dalam Islam

Hal-hal di atas kontras dengan ajaran agama Islam.  Dalam Islam, semua proses di alam maupun pengaturan benda-benda alam semuanya berada dalam penguasaan tunggal Tuhan (Allah Swt), dan tak ada sedikitpun persekutuan atas kekuasaan-Nya (kekuasaan-Nya tidak dibagi).  Inilah yang disebut sebagai prinsip Tauhid, atau prinsip keesaan Allah Swt.  Allah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dia tidak sama dengan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tak ada sesuatu yang menyamai-Nya baik dalam zat maupun sifat-Nya.

Prinsip-prinsip tersebut di atas disebutkan dan dijelaskan dalam ayat-ayat suci Al-Quran, seperti:

– Allah adalah Maha Esa (Tunggal):

“Katakanlah (ya Muhammad saw), Dia-lah Allah, Yang Esa.” (QS Al Ikhlash: 1)

– Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan:

“Dia (Allah) tidak beranak, dan tidak diperanakkan.” (QS Al Ikhlash: 3)

– Bumi dan langit semua milik Allah:

“MilikNya-lah kerajaan langit dan bumi.” (Al Hadid: 2)

Selain itu, dalam ajaran Islam Allah-lah yang mengatur semua proses di alam: 

– Allah-lah yang menurunkan hujan:

“Dia (Allah)-lah yang menurunkan air (hujan) dari langit, darinya kamu minum dan darinya tumbuh berbagai tanaman yang dengan tanaman itu kamu memberi makan hewan ternakmu.” (An Nahl: 10)

– Allah yang menggerakkan angin dan awan:

“Sungguh, di dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian malam dan siang, dan pada kapal-kapal yang berlayar di lautan yang membawa apa saja yang bermanfaat bagi manusia, dan pada air (hujan) yang Allah turunkan dari langit yang menghidupkan bumi setelah matinya, dan pada makhluk-makhluk hidup berbagai jenis yang Ia sebarkan di atasnya, dan pada pergerakan angin dan awan yang ditahan di antara langit dan bumi, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang menggunakan akalnya.” (Al Baqarah: 164)

– Allah yang mengedarkan matahari dan bulan (serta semua benda langit):

“Dan matahari beredar pada orbitnya.  Itulah ketetapan-Nya (Allah), Yang Maha Besar, Maha Mengetahui.” (QS Yasin: 38)

“Dan bulan, Dia (Allah) telah menetapkan baginya orbitnya sampai ia kembali seperti pelepah kurma yang tua dan kering.”  (QS Yasin: 39)

– Allah yang menciptakan kilat/halilintar:

“Tidakkah engkau melihat bahawasanya Allah mengarahkan awan bergerak perlahan-lahan, kemudian Dia mengumpulkan kelompok-kelompoknya, kemudian Dia menjadikannya tebal berlapis-lapis? Selepas itu engkau melihat hujan turun dari celah-celahnya. Dan Allah pula menurunkan hujan batu dari langit, dari gunung-ganang (awan) yang ada padanya; lalu Ia menimpakan hujan batu itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya, dan menjauhkannya dari sesiapa yang dikehendakiNya. Sinaran kilat yang terpancar dari awan yang demikian keadaannya, hampir-hampir menyambar dan menghilangkan pandangan” (QS An Nur: 43)

– Allah yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk:

“Dia-lah yang memberi kehidupan dan menyebabkan kematian, dan Dia mampu melakukan apapun.” (QS Al Hadid: 2)

Allah Yang Maha Esa memiliki sifat-sifat yang sempurna, yang tergambar dalam 99 nama Allah (Al Asma Ul Husna), yang semuanya tercantum dalam ayat-ayat suci Al Quran.  Di antara nama-nama Allah tsb adalah:

– Ar Rahman: Maha Pengasih

– Ar Rahim: Maha Penyayang

– Al Malik: Maha Memiliki dan Menguasai seluruh alam

– Al Qudus: Maha Suci

– As Salam: Maha Sejahtera

– Al Mu’min: Maha Mengaruniakan keamanan

– Al ‘Adl: Maha Adil

– Al Khaliq: Maha Menciptakan

– Al Muhaimin: Maha Memelihara

– Al ‘Aziz: Maha Perkasa

– Al Mutakabbir: Maha Memiliki segala keagungan

dan lain-lain.

Bagi seorang Muslim, wajib hukumnya untuk percaya dan yakin pada prinsip Tauhid, sebagaimana dinyatakan dalam syahadat:

Asyhadu an laa ilaaha illallah, wahdahu laa syariikalahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu.

(Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan tak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan utusan Allah).

Wallahu a’lam.

 ===

Read Full Post »